Showing posts with label resensi film. Show all posts
Showing posts with label resensi film. Show all posts

Saturday, May 9, 2009

Jamila dan Sang Presiden | Tidak Ada Presidennya

Jamila dan Sang Presiden menceritakan tentang kehidupan Jamila (Atiqah Hasiholan) tiba-tiba terkenal dan menjadi headline di semua pemberitaan nasional (layaknya Rani Juliani gara-gara kasus Nasrudin dan Antasari Azhar). Jamila mengaku membunuh seorang menteri bernama Nurdin (Adjie Pangestu) dan anehnya Jamila menolak untuk mengajukan grasi pada Presiden.

Akhirnya Jamila dimasukkan dalam penjara khusus perempuan yang dipimpin oleh seorang sipir perempuan yang sangat ditakuti bernama Ria (Christine Hakim). Nah, di penjara inilah cerita tentang siapa Jamila dan mengapa sampai bisa membunuh mulai dikisahkan. Dengan gaya cerita alur mundur diceritakan tentang Jamilah kecil dimana dijual oleh ayah kandungnya kepada seorang mucikari. Beruntung, sang ibu berhasil menyelamatkan putrinya yang masih berusia enam tahun. Ia pun dititipkan di rumah Bu Wardiman (Jajang C. Noer), salah satu keluarga terhormat di Jakarta. Disana dia mulai hidup berkecukupan. Dia sekolah, belajar mengaji, dan tekun sholat. Sayang, semua berubah ketika Jamila kecil beranjak dewasa. Keindahan tubuhnya membuat dua orang lelaki di keluarga Wardiman tergiur. Tanpa setahu Bu Wardiman, Jamila digilir setiap malam oleh kedua lelaki di keluarga tersebut. Akhirnya jamila geram juga dan membunuh kedua lelaki tersebut dan akhirnya kabur.

Dalam kaburnya, Jamila bertemu dengan Susi (Ria Irawan). Demi adiknya, Fatimah Jamila rela bekerja, tapi sayang di situlah Jamila malah benar-benar terjerumus. Dan akhirnya kisah berlanjut pada perdagangan anak dimana Fatimah juga terjerat dalam sindikat prostitusi anak.

Kembali lagi pada kisah Jamila dewasa, hujatan datang bertubi-tubi, namun seorang penulis muda bernama Ibrahim (Dwi Sasono) yang mencintainya, berjuang membelanya. Tapi sayang, pengacara yang dikirim Ibrahim selalu ditolak Jamila.

Acara persidangan Jamila menjadi lebih panas dan semakin kontroversial dengan kemunculan kepala golongan fanatik yang mengatas namakan ormas islam (Fauzi Baadilah) yang mendukung keras agar Jamila dihukum mati.

Komentar
Ratna Sarumpaet memang tidak bisa dijauhkan dengan tema perempuan. Karena memang dia adalah aktifis perempuan yang getol memperjuangkan hak-hak perempuan. Lewat film ini Ratna ingin menyindir para penguasa dengan apa yang terjadi di negeri ini karena banyaknya perdagangan anak dan perempuan.

Sepertinya film pertama yang disutradarai oleh Ratna Sarumpaet ini bertema cukup berat dan memang cukup beda dibanding dengan film-film yang selama ini menyajikan komedi dewasa, horor dan cerita tentang remaja. Tapi bagusnya Ratna mengemasnya dengan sedikit ngepop dan cukup bisa dicerna oleh berbagai kalangan penonton. Efeknya pesan moral yang terkandung dalam film ini bisa sampai pada penonton. Tapi sayang, saya melihat adegan-adegan di sini sedikit terbawa gaya panggung teater, ini dibuktikan gaya dialog Jamila yang diperankan Atiqah Hasiholan yang seperti berpuisi atau membaca sajak tertentu. Mungkin karena memang awalnya film ini diangkat dari panggung teater. Jadi sang sutradara kurang bisa menghilangkan gaya teaternya. Kecewanya lagi adalah pada ending yang sangat bisa ketebak, jadi kurang ada kejutan yang bisa membuat penonton terpengangah.

Akting Pemain
Walaupun gaya dalog Atiqah Hasiholan seperti membaca sajak tapi aktingnya cukup bisa diacungi jempol, sepertinya Atiqah sangat penguasai perannya. Pemain lain yang aktinganya bagus di sini adalah Christine Hakim, pas sekali gaya kejam dan ketusnya berperan sebagai ketua sipir perempuan. Di luar itu saya kurang suka akting yang dilakoni Fauzi Baadilah, kebagian peran ketua ormas islam yang mendukung hukuman mati. Saya melihat kurang pas saja gaya Fauzi, bukannya geram sama tokohnya, saya malah senyum-senyum melihat dia demo dan teriak-teriak jadi seorang demonstran.

Judul yang Kurang Pas
Dari awal sampai akhir, saya sama sekali tidak melihat sosok seorang presiden di film yang berdurasi 87 menit ini. Terlalu maksa memang memberi judul "Jamila dan Sang Presiden." Tidak ada adegan seorang presiden, tidak kelihatan sosok sang presidennya dan kata-kata presiden pun keluar hanya saat tentang penolakan Jamila mengajukan grasi pada presiden. Jadi, kata presiden pada judul adalah hanya menjadi nilai jual film ini saja.

Diluar itu semua fakta yang tidak bisa saya hindari adalah, Ratna Sarumpaet berhasil membuat saya merasa miris dan sedih. Yang mau nonton silahkan, yang tidak mau juga silahkan.

Keterangan Film Jamila dan Sang Presiden
Jenis Film : Drama
Produser : Ratna Sarumpaet, Ram Punjabi
Produksi : Satu Merah Panggung/mvp Pictures
Durasi : 87 menit
Pemain : Atiqah Hasiholan, Christine Hakim, Eva Celia, Dwi Sasono, Fauzi Baadilah, Surya Saputra
Sutradara : Ratna Sarumpaet
Penulis : Ratna Sarumpaet
Gambar: saya ambil dari sini

Monday, April 13, 2009

The Fast and The Furious 4 | Adegan Seru, Cerita Sederhana

Memang butuh perjuangan jika ingin menonton film populer. Begitu juga dengan saya yang ingin menonton film yang bertajuk The Fast and The Furious 4 ini. Beberapa kali harus kecewa karena tiketnya sudah habis. Dan pada weekend kemaren udah kejar-kejaran tapi tetep aja penuh, alhasil saya harus duduk di bangku paling depan. Resikonya saya kurang nyaman nontonnya karena harus sedikit mengangkat kepala keatas dengan waktu yang lama.

The Fast and The Furious 4 adalah film ke empat dari seri Fast and Furious yang dibintangi Vin Diesel (tidak tau kenapa setiap ingat bitang ini jadi ingat mesin diesel) yaitu The Fast and The Furious, 2 Fast 2 Furious dan Tokyo Drift. Sayang saya belum nonton ketiga film sebelumnya jadi untuk review kali ini saya tidak bisa membandingkan dengan film-film sebelumnya.

The Fast and The Furious 4 atau juga bisa disebut Fast and Furious 4 dibuka dengan adegan yang sangat mantap dan menakjubkan. Dimana dikisahkan Dominic Toretto atau dikenal Dom (Vin Diesel) dan kekasihnya Letty (Michelle Rodriguez) kebutan-kebutan berusaha membajak truk gandeng berisi barang berharga. Dalam tampilan visual sungguh indah membuat mata saya tak berkedip takut ada adegan yang terlewatkan.

Cerita dalam film ini sungguh sangat sederhana yaitu hanya mengisahkan tentang balas dendam Dom pada sekelompok Antonio Braga (John Ortiz) yang telah membunuh kekasihnya, Letty. Nah di situ Dom bertemu kembali dengan sahabat lamanya yang anggota FBI yang juga punya misi mencari sekelompok Braga tersebut. Tapi disini sahabat lamanya, Brian (Paul Walker) memang bertugas menyusup ke jaringan pengedar narkotika tersebut.

Memang tidak usah kaget dengan cerita yang sangat sederhana dalam film ini, karena porsi sesungguhnya adalah pada aksi kebut-kebutan dan mobil modifikasi. Jadi bisa saya katakan kalo bitang pada film ini adalah pada mobil-mobilnya. Walau tak punya cerita yang menarik dan juga alur yang datar, tapi terbayarkan dengan aksi kebut-kebutan yang membuat berdecak kagum juga dengan menampilkan mobil-mobil yang sangat tak bisa dibilang sederhana. Jadi tidak berlebihan bukan kalo saya mengatakan justru mobil-mobilnya adalah bintangnya, dibuktikan bahwa kabarnya film ini telah melibatkan kurang lebih 200 mobil-mobil keren.

Begitu juga dengan akting para pemainnya, terbilang biasa saja. Karena memang mungkin tak banyak dialog-dialog penting di sini. Yang menarik saya lihat hanyalah ekspresi-ekspresi Vin Diesel, di saat adegan-adegan yang tegang juga bisa membuat penonton senyum.

Saya mau meyakinkan kembali bahwa, adegan dalam film ini penuh kejutan yang membuat kita sebagai penonton tak punya waktu istirahat untuk hal apa pun, karena semua adegan-adegannya memang patut disayangkan untuk dilewatkan. Jadi tak heran kalau Justin Lin sebagai sutradara tidak terlalu memikirkan alur ceritanya dan lebih memilih pada adegan yang seru-seru.

Kesimpulannya, bisa anda simpulkan sendiri bukan? Yang pasti film ini adalah sangat menghibur sekali. Pilihan yang tepat untuk mengisi liburan bersama orang-orang terdekat anda.

Keterangan Film
Jenis Film : Action
Produser : Vin Diesel, Neal H. Moritz
Produksi : Universal Pictures
Durasi :100 menit
Pemain :Vin Diesel, Paul Walker, Michelle Rodriguez, Jordana Brewster
Sutradara : Justin Lin
Penulis : Chris Morgan
Gambar diambil di sini

Monday, March 30, 2009

Defiance | Kental Cerita Yahudi

Wah.. ini adalah film yang beberapa hari yang lalu saya tonton, cuma sayang baru saya posting sekarang. Ini dikarenakan baru mood sekarang postingnya, :)

DEFIANCE
Alasan nonton film ini dikarenakan punya cerita yang berlatar belakang Perang Dunia II, saya sangat suka dengan film yang berlatang belakang perang dan ceritanya diambil dari kisah nyata. Selain itu juga saya penasaran dengan akting Daniel Craig yang main di James Bond 2 fim terakhir. Karena saya cuma tahu akting dia di film James Bond saja, saya mau lihat bagaimana aktingnya di film lain.

Saya cukup kaget ternyata film ini full berkisah tentang orang yahudi. Kalau sebelumnya saya tahu kalau film ini adalah film yang berkisah tentang Yahudi mungkin saya akan berfikir berkali-kali untuk nonton walau pun dapat tiketnya dengan gratis.

Namanya juga film yang berkisah tentang Yahudi, Yahudinya kental banget di film ini. Dimana dikisahkan perjuangan orang Yahudi di Belarusia melawan kekejaman tentara Nazi Jerman. Budaya-budaya orang Yahudi juga banyak ditampilkan di film yang diangkat dari buku Nechama Tec’s Defiance: The Bielski Partisans ini. Seperti pada adegan pernikahan Saat Asael (adik Tuvia) dan Chayyah di situ digambarkan upacara pernikahan gaya orang Yahudi, yang mungkin kurang lebih seperti upacara pernikahan orang Kristen. Dan diiringi dengan lagu-lagu dan joget apa itu saya kurang faham namanya.

Ternyata prasangka saya salah. Kalau melihat dari poster yang ada di bioskop, sebelum nonton sudah membayangkan aksi perang-perangan dan tembak-tembakan ala James Bond gitu, atau seperti film yang full action yang cukup menegangkan atau membuat emosi penonton menyala. Tapi ternyata tidak, tembak-tembakan dan perang-perangannya di sini kurang, saya malah merasa lebih ke drama dan lebih banyak bercerita dibanding aksi hantam-hantaman (ternyata setelah saya lihat ternyata film ini memang bergenre Drama). Dan akhirnya tidak membuat emosi penonton menyala. Begitu juga pada kisah cinta, pada awalnya saya berfikir tidak akan ada cerita cinta di film ini, eh ternyata saya juga salah. Ada kisah cinta juga di sini, apalagi dilengkapi dengan adegan ranjangnya Truvia (Daniel Craig) dengan kekasihnya yang saya melihat mirip banget dengan adegan-adegan ranjang yang biasanya dilakukan oleh James Bond. Hmmm... mungkin Daniel tidak bisa terlalu lepas dengan gayanya James Bond saat bercinta. Tapi sayangnya cerita cinta di film ini hanya sekedar bumbu yang tidak lebih dari sekedar bumbu.

Pesan moral yang saya tangkap dalam film ini adalah kekuatan, usaha, kesabaran serta keimanan yang kuat pada tokohnya. Walaupun dalam keadaan apa pun kita tetap harus kuat. Dalam cobaan apa pun kita harus bisa melewatinya. Tidak ada yang tidak mungkin selagi kita berusaha semuanya pasti bisa. Apa salahnya sih mencoba. Pesan-pesan tersebut tersimpan dalam film yang berdurasi 120 menit ini. Hal itu dibuktikan seperti di adegan adik dari Tuvia yaitu Asael yang tidak putus asa di saat semuanya pada lemah dan menyerah karena harus berhadapan dengan tentara Nazi Jerman dan terjebak dengan rawa-rawa yang dalam. Akhirnya Asael tetap menyemangati para Yahudi untuk tetap kuat dan bertahan dan mencoba melewati rintangan tersebut dan akhirnya dengan semangat yang kuat akhirnya mereka bisa melewati rawa yang dalam tersebut walaupun pada awalnya mereka sudah putus asa.

Kesimpulannya, jika ingin film yang seru dan membuat emosi kita menyala-nyala dan film yang full action, film ini bukan pilihan yang tepat karena memang film ini film yang bergenre drama. Jadi anda jangan terkecoh dengan posternya. Begitu juga jika anda adalah orang muslim yang cukup kuat dan tidak suka dengan hal yang berbau di luar Islam apalagi Yahudi, saya melarang keras menonton film ini. Karena saya pastikan anda tidak bakalan suka dengan film ini. Hal itu hanya akan membuang ongkos dan waktu serta tenaga anda saja. Karena film ini hanya berkisah kebaikan orang Yahudi yang tentunya pro Yahudi.

Keterangan Film:
Jenis Film : Drama
Produser : Edward Zwick, Pieter Jan Brugge
Produksi : Paramount Vantage
Durasi : 120
Pemain : Daniel Craig , Liev Schreiber, Jamie Bell, George Mackay, Alexa Davalos
Sutradara : Edward Zwick
Penulis : Edward Zwick,Clayton Frohman
Gambar diambil di sini

Wednesday, March 11, 2009

Kambing Jantan: The Movie | Film dari Sebuah Blog

Kambing Jantan: The Movie. Sebuah Film Pelajar Bodoh.
Seperti pada review-review film saya sebelumnya, setiap saya nonton film pasti punya alasan tertentu kenapa saya ingin nonton film tersebut walaupun pada akhirnya saya menyarankan tidak usah nonton film tersebut.

Tapi bagaimana dengan film Kambing Jantan yang diangkat dari blog dan buku yang laris manis tersebut? mungkin anda sudah tahu dan sudah bisa mengira-ngira apa alasan saya nonton film ini? Ya, karena tentunya film ini adalah film yang diangkat dari sebuah blog dan buku dari blogger terkenal Raditya Dika. Ya, karena saya telah memproklamasikan bahwa saya adalah blogger, saya akan mendukung aksi dari blogger-blogger Indonesia. Tapi, hal ini tidak akan mengurangi penilaian dari aksi mereka. Contohnya film ini, kalau memang saya tidak suka, saya akan katakan tidak suka, begitu juga dengan penilain baik buruknya menurut saya pribadi.

Jalan ceritanya langsung saya kutip dari webnya langsung saja ya...
Selepas SMU, Dika (Raditya Dika), yang juga dipanggil Kambing, harus melanjutkan pendidikan di Adelaide, Australia, mengambil major finance yang tidak sesuai minatnya. Maka dimulailah perjalanan Dika mencari jati diri: apa yang ingin dia lakukan dalam hidupnya sebenarnya?

Ketika dia menjalani kuliah di Australia, problem muncul dengan Kebo (Herfiza Novianti), pacarnya, karena harus menjalani Long Distance Relationship (LDR) yang menyebabkan pengeluaran keuangan sangat besar, komunikasi yang terganggu, dan kehidupan kuliah yang semakin lama membuat mereka berbeda.

Problem lainnya seperti bagaimana Dika mengalami kesulitan dalam belajar, dan kemunculan Sally Dickson, dosen bule yang lebih mirip tentara wanita, menambah dilema si Kambing dalam menyelesaikan masalah LDR dan finance (dalam dua arti sebenarnya: kebutuhan finance-nya dan sekolah finance-nya).

Pertemuannya dengan seorang teman SD, Ine (Sarah Shaftiri), yang membaca blog Dika berjudul “Kambingjantan”, membuka pikirannya bahwa dia bisa saja jadi penulis komedi. Sedangkan, persahabatannya dengan Harianto (Edric Tjanra), anak Kediri yang juga LDR dengan pacarnya, menambah keyakinan Dika untuk terus menentukan: hidup seperti apa yang dia mau?

Karakter-karakter pendukung lainnya, seperti Mama Dika, adalah cerminan ibu yang berharap banyak pada anak sulungnya, “mama jaman sekarang” yang merasa sangat mengenal anaknya ternyata harus mengakui bahwa anaknya memiliki “kelebihan” lain. Papa Dika dan Adik-Adik Dika menjadi karakter-karakter yang memperkaya unsur komedi cerdas yang ada dalam film ini.

Komentar saya...

Dari ide cerita, menurut saya tidak terlalu istimewa. Tapi mungkin kalo di blog atau bukunya terkesan istimewa mungkin karena bagaimana cara Radit menceritakan catatan hariannya jadi menarik dan lucu hingga membuat orang jadi gila karena tertawa sendirian. Tapi untuk di filmnya yang telah saya tonton ini saya merasa belum bisa melihat perbedaan yang jauh dengan film komedi Indonesia. Maksud saya saya belum melihat sesuatu yang beda. Walaupun sebenarnya sih jauh lebih bagus dari film komedi dewasa dan kamedi horor yang banyak menjamur di bioskop saat ini. Mungkin memang tidak mudah ya untuk membawa cerita yang sukses dalam sebuah novel menjadi sebuah film.

Persamaan yang mencolok yang saya lihat adalah kebiasaan dalam film komedi yang harus selalu menampilkan sesuatu yang jorok. Contohnya di adegan opening yang menampilkan papanya Radit yang merogok isi celananya gara-gara lupa ganti celana dalam. Atau juga di adegan dimana Radit (kalau tidak salah) mengusap mukanya dengan celana dalam papanya. Atau juga di adegan di mana tokoh Edgar, adiknya Radit yang selalu buang air besar di celana setiap kali diajak rapat keluarga. Dan juga sebuah adegan yang menggambarkan Radit ngetik di laptopnya sambil nongkrong di WC.

Mungkinkah ini dikarenakan Rudi Soedjarwo belum jago membuat film komedi? ya.. kalau dibandingkan film garapannya terdahulu, Ada Apa Dengan Cinta? film ini sungguh masih jauh.

Di luar itu semua, patut diacungi jempol untuk keputusan Rudi Soedjarwo yang telah memutuskan untuk memilih Radit sendiri sebagai pemeran utamanya sebagai Raditya Dika yang kelihatan bloon tersebut. Karena menurut saya Radit sangat memiliki tampang bloon dan oon. Dan menurut saya walaupun tidak melawak pun Radit sudah kelihatan lucu karena tampangnya yang sudah lucu tersebut. Apalagi ditambah dengan akting Radit yang bagus, jadi jangan kaget kalau nantinya Radit malah terkenal jadi aktor.

Dengan akting radit yang sangat natural, setiap adegan-adegan yang dilakoninya jadi kelihatan lucu dan menghibur. Walaupun lama-kelamaan saya kok melihat seperti Mr. Bin.

Selain itu yang saya suka dari film Kambing Jantan ini adalah pemilihan sound effect atau apa itu ya namanya ya? pokoknya pemilihan efek suaranya di setiap adegan-adegannya. Seperti pada adegan di mana Radit menjatuhkan ikannya yang masuk kedalam got, saya melihat pas. Jadi menurut saya, sound effectnya pas dengan adegan visualnya. Seperti pada saat sang tokoh sedang senang atau sedih.

Hasil akhir dari penilaian saya untuk film ini. Filmnya lucu dan menghibur. Untuk yang anda butuh hiburan yang lumayan, film ini bisa jadi jawaban yang lumayan juga.

Jenis Film :Drama/comedy
Produser :Tyas A. Moein
Produksi :Indika Pictures/vito Production
Pemain :Raditya Dika, Herfiza Novianti, Edric Tjandra, Sarah Shafitri
Sutradara :Rudy Soedjarwo
Penulis :Salman Aristo, Mouly Surya
Gambar saya ambil di sini

Pesan saya untuk Raditya Dika, yang mungkin siapa tahu membaca review ini, mohon maaf jika ada penilaian negatif dengan film anda. Salam blogger Bawean :)
PENGUMUMAN!!! Kunjungi juga ya blog saya yang baru di http://rusabawean.com