
Seperti pada review-review film saya sebelumnya, setiap saya nonton film pasti punya alasan tertentu kenapa saya ingin nonton film tersebut walaupun pada akhirnya saya menyarankan tidak usah nonton film tersebut.
Tapi bagaimana dengan film Kambing Jantan yang diangkat dari blog dan buku yang laris manis tersebut? mungkin anda sudah tahu dan sudah bisa mengira-ngira apa alasan saya nonton film ini? Ya, karena tentunya film ini adalah film yang diangkat dari sebuah blog dan buku dari blogger terkenal Raditya Dika. Ya, karena saya telah memproklamasikan bahwa saya adalah blogger, saya akan mendukung aksi dari blogger-blogger Indonesia. Tapi, hal ini tidak akan mengurangi penilaian dari aksi mereka. Contohnya film ini, kalau memang saya tidak suka, saya akan katakan tidak suka, begitu juga dengan penilain baik buruknya menurut saya pribadi.
Tapi bagaimana dengan film Kambing Jantan yang diangkat dari blog dan buku yang laris manis tersebut? mungkin anda sudah tahu dan sudah bisa mengira-ngira apa alasan saya nonton film ini? Ya, karena tentunya film ini adalah film yang diangkat dari sebuah blog dan buku dari blogger terkenal Raditya Dika. Ya, karena saya telah memproklamasikan bahwa saya adalah blogger, saya akan mendukung aksi dari blogger-blogger Indonesia. Tapi, hal ini tidak akan mengurangi penilaian dari aksi mereka. Contohnya film ini, kalau memang saya tidak suka, saya akan katakan tidak suka, begitu juga dengan penilain baik buruknya menurut saya pribadi.
Jalan ceritanya langsung saya kutip dari webnya langsung saja ya...
Selepas SMU, Dika (Raditya Dika), yang juga dipanggil Kambing, harus melanjutkan pendidikan di Adelaide, Australia, mengambil major finance yang tidak sesuai minatnya. Maka dimulailah perjalanan Dika mencari jati diri: apa yang ingin dia lakukan dalam hidupnya sebenarnya?
Ketika dia menjalani kuliah di Australia, problem muncul dengan Kebo (Herfiza Novianti), pacarnya, karena harus menjalani Long Distance Relationship (LDR) yang menyebabkan pengeluaran keuangan sangat besar, komunikasi yang terganggu, dan kehidupan kuliah yang semakin lama membuat mereka berbeda.
Problem lainnya seperti bagaimana Dika mengalami kesulitan dalam belajar, dan kemunculan Sally Dickson, dosen bule yang lebih mirip tentara wanita, menambah dilema si Kambing dalam menyelesaikan masalah LDR dan finance (dalam dua arti sebenarnya: kebutuhan finance-nya dan sekolah finance-nya).
Pertemuannya dengan seorang teman SD, Ine (Sarah Shaftiri), yang membaca blog Dika berjudul “Kambingjantan”, membuka pikirannya bahwa dia bisa saja jadi penulis komedi. Sedangkan, persahabatannya dengan Harianto (Edric Tjanra), anak Kediri yang juga LDR dengan pacarnya, menambah keyakinan Dika untuk terus menentukan: hidup seperti apa yang dia mau?
Karakter-karakter pendukung lainnya, seperti Mama Dika, adalah cerminan ibu yang berharap banyak pada anak sulungnya, “mama jaman sekarang” yang merasa sangat mengenal anaknya ternyata harus mengakui bahwa anaknya memiliki “kelebihan” lain. Papa Dika dan Adik-Adik Dika menjadi karakter-karakter yang memperkaya unsur komedi cerdas yang ada dalam film ini.
Komentar saya...
Dari ide cerita, menurut saya tidak terlalu istimewa. Tapi mungkin kalo di blog atau bukunya terkesan istimewa mungkin karena bagaimana cara Radit menceritakan catatan hariannya jadi menarik dan lucu hingga membuat orang jadi gila karena tertawa sendirian. Tapi untuk di filmnya yang telah saya tonton ini saya merasa belum bisa melihat perbedaan yang jauh dengan film komedi Indonesia. Maksud saya saya belum melihat sesuatu yang beda. Walaupun sebenarnya sih jauh lebih bagus dari film komedi dewasa dan kamedi horor yang banyak menjamur di bioskop saat ini. Mungkin memang tidak mudah ya untuk membawa cerita yang sukses dalam sebuah novel menjadi sebuah film.
Persamaan yang mencolok yang saya lihat adalah kebiasaan dalam film komedi yang harus selalu menampilkan sesuatu yang jorok. Contohnya di adegan opening yang menampilkan papanya Radit yang merogok isi celananya gara-gara lupa ganti celana dalam. Atau juga di adegan dimana Radit (kalau tidak salah) mengusap mukanya dengan celana dalam papanya. Atau juga di adegan di mana tokoh Edgar, adiknya Radit yang selalu buang air besar di celana setiap kali diajak rapat keluarga. Dan juga sebuah adegan yang menggambarkan Radit ngetik di laptopnya sambil nongkrong di WC.
Mungkinkah ini dikarenakan Rudi Soedjarwo belum jago membuat film komedi? ya.. kalau dibandingkan film garapannya terdahulu, Ada Apa Dengan Cinta? film ini sungguh masih jauh.
Di luar itu semua, patut diacungi jempol untuk keputusan Rudi Soedjarwo yang telah memutuskan untuk memilih Radit sendiri sebagai pemeran utamanya sebagai Raditya Dika yang kelihatan bloon tersebut. Karena menurut saya Radit sangat memiliki tampang bloon dan oon. Dan menurut saya walaupun tidak melawak pun Radit sudah kelihatan lucu karena tampangnya yang sudah lucu tersebut. Apalagi ditambah dengan akting Radit yang bagus, jadi jangan kaget kalau nantinya Radit malah terkenal jadi aktor.
Dengan akting radit yang sangat natural, setiap adegan-adegan yang dilakoninya jadi kelihatan lucu dan menghibur. Walaupun lama-kelamaan saya kok melihat seperti Mr. Bin.
Selain itu yang saya suka dari film Kambing Jantan ini adalah pemilihan sound effect atau apa itu ya namanya ya? pokoknya pemilihan efek suaranya di setiap adegan-adegannya. Seperti pada adegan di mana Radit menjatuhkan ikannya yang masuk kedalam got, saya melihat pas. Jadi menurut saya, sound effectnya pas dengan adegan visualnya. Seperti pada saat sang tokoh sedang senang atau sedih.
Hasil akhir dari penilaian saya untuk film ini. Filmnya lucu dan menghibur. Untuk yang anda butuh hiburan yang lumayan, film ini bisa jadi jawaban yang lumayan juga.
Selepas SMU, Dika (Raditya Dika), yang juga dipanggil Kambing, harus melanjutkan pendidikan di Adelaide, Australia, mengambil major finance yang tidak sesuai minatnya. Maka dimulailah perjalanan Dika mencari jati diri: apa yang ingin dia lakukan dalam hidupnya sebenarnya?
Ketika dia menjalani kuliah di Australia, problem muncul dengan Kebo (Herfiza Novianti), pacarnya, karena harus menjalani Long Distance Relationship (LDR) yang menyebabkan pengeluaran keuangan sangat besar, komunikasi yang terganggu, dan kehidupan kuliah yang semakin lama membuat mereka berbeda.
Problem lainnya seperti bagaimana Dika mengalami kesulitan dalam belajar, dan kemunculan Sally Dickson, dosen bule yang lebih mirip tentara wanita, menambah dilema si Kambing dalam menyelesaikan masalah LDR dan finance (dalam dua arti sebenarnya: kebutuhan finance-nya dan sekolah finance-nya).
Pertemuannya dengan seorang teman SD, Ine (Sarah Shaftiri), yang membaca blog Dika berjudul “Kambingjantan”, membuka pikirannya bahwa dia bisa saja jadi penulis komedi. Sedangkan, persahabatannya dengan Harianto (Edric Tjanra), anak Kediri yang juga LDR dengan pacarnya, menambah keyakinan Dika untuk terus menentukan: hidup seperti apa yang dia mau?
Karakter-karakter pendukung lainnya, seperti Mama Dika, adalah cerminan ibu yang berharap banyak pada anak sulungnya, “mama jaman sekarang” yang merasa sangat mengenal anaknya ternyata harus mengakui bahwa anaknya memiliki “kelebihan” lain. Papa Dika dan Adik-Adik Dika menjadi karakter-karakter yang memperkaya unsur komedi cerdas yang ada dalam film ini.
Komentar saya...
Dari ide cerita, menurut saya tidak terlalu istimewa. Tapi mungkin kalo di blog atau bukunya terkesan istimewa mungkin karena bagaimana cara Radit menceritakan catatan hariannya jadi menarik dan lucu hingga membuat orang jadi gila karena tertawa sendirian. Tapi untuk di filmnya yang telah saya tonton ini saya merasa belum bisa melihat perbedaan yang jauh dengan film komedi Indonesia. Maksud saya saya belum melihat sesuatu yang beda. Walaupun sebenarnya sih jauh lebih bagus dari film komedi dewasa dan kamedi horor yang banyak menjamur di bioskop saat ini. Mungkin memang tidak mudah ya untuk membawa cerita yang sukses dalam sebuah novel menjadi sebuah film.
Persamaan yang mencolok yang saya lihat adalah kebiasaan dalam film komedi yang harus selalu menampilkan sesuatu yang jorok. Contohnya di adegan opening yang menampilkan papanya Radit yang merogok isi celananya gara-gara lupa ganti celana dalam. Atau juga di adegan dimana Radit (kalau tidak salah) mengusap mukanya dengan celana dalam papanya. Atau juga di adegan di mana tokoh Edgar, adiknya Radit yang selalu buang air besar di celana setiap kali diajak rapat keluarga. Dan juga sebuah adegan yang menggambarkan Radit ngetik di laptopnya sambil nongkrong di WC.
Mungkinkah ini dikarenakan Rudi Soedjarwo belum jago membuat film komedi? ya.. kalau dibandingkan film garapannya terdahulu, Ada Apa Dengan Cinta? film ini sungguh masih jauh.
Di luar itu semua, patut diacungi jempol untuk keputusan Rudi Soedjarwo yang telah memutuskan untuk memilih Radit sendiri sebagai pemeran utamanya sebagai Raditya Dika yang kelihatan bloon tersebut. Karena menurut saya Radit sangat memiliki tampang bloon dan oon. Dan menurut saya walaupun tidak melawak pun Radit sudah kelihatan lucu karena tampangnya yang sudah lucu tersebut. Apalagi ditambah dengan akting Radit yang bagus, jadi jangan kaget kalau nantinya Radit malah terkenal jadi aktor.
Dengan akting radit yang sangat natural, setiap adegan-adegan yang dilakoninya jadi kelihatan lucu dan menghibur. Walaupun lama-kelamaan saya kok melihat seperti Mr. Bin.
Selain itu yang saya suka dari film Kambing Jantan ini adalah pemilihan sound effect atau apa itu ya namanya ya? pokoknya pemilihan efek suaranya di setiap adegan-adegannya. Seperti pada adegan di mana Radit menjatuhkan ikannya yang masuk kedalam got, saya melihat pas. Jadi menurut saya, sound effectnya pas dengan adegan visualnya. Seperti pada saat sang tokoh sedang senang atau sedih.
Hasil akhir dari penilaian saya untuk film ini. Filmnya lucu dan menghibur. Untuk yang anda butuh hiburan yang lumayan, film ini bisa jadi jawaban yang lumayan juga.
Jenis Film :Drama/comedy
Produser :Tyas A. Moein
Produksi :Indika Pictures/vito Production
Pemain :Raditya Dika, Herfiza Novianti, Edric Tjandra, Sarah Shafitri
Sutradara :Rudy Soedjarwo
Pesan saya untuk Raditya Dika, yang mungkin siapa tahu membaca review ini, mohon maaf jika ada penilaian negatif dengan film anda. Salam blogger Bawean :)
pelem yang cocok untuk generasi muda
ReplyDeletegitu aja deh kesimpulannya
salam
kambing jantan ya ???
ReplyDeletelumayan keren lah, film yang berani keluar dari trend film indo sekarang. Kan sekarang lagi musimnya film komedi dewasa ama hantu2-an.
filemnya udah mulai tayang ya... pengen nonton juga nih :D
ReplyDeletelom liat filmnya mas...
ReplyDeletetapi yang jelas saya suka sate kambing
hehehehehe
wew...... klo nonton aku ajakin po'o. heuheuheu...... aku jadi pingin nonton nie.....
ReplyDeleteWah..saya belum nonto nie
ReplyDeleteHmmm.. belom nonton saya he..he..
ReplyDeletetapi kayanya bagus juga.. btw ada PR mas diblog saya.. kerjain yah he..he..
Akhirnya film ini keluar juga ya... Padahal infonya dah lama banget... Sejak 2007 kalo g salah :) Kalo g salah lho... Waktu itu aku baca di sebuah tabloid PC.
ReplyDeleteKapan ya pilemnya nyampe jambi... hehehehe
ReplyDelete@ bunda: udah nonton ya bunda
ReplyDelete@ J O N K: dari pada ketem hantu :D
@ hakimtea: silahkan tonton mas
@ DeeDee: hubungannya? :D
@ Syamsul Alam: ntar aja lam kalo nonton film Beranak Dalam Kubur, :D
@ Narmadi: segera, mumpung masih ada
@ hryh77: :D
@ Ara @ imimeblogger: iya, dulu kabarnya Hanung Bramantyo malah yg jadi Sutradaranya
@ Paman Gober Ikut Pemilu 2009: loh, emang di Jambi belum ya????
kapan ditayangkan di 21 ya
ReplyDeletewah...kyakna perlu ditonton niy..
ReplyDeletesayang saya blm ntn film nya... :)
ReplyDeletewow... boleh neh buat tontonan di hari senggang.
ReplyDeletekulo mboten nggada tipi...
ReplyDeletesalut buat kerja keras blogger sampe iso nggawe film
Yah...apapun komentar anda tentang Film itu kita pantas memberi apresiasi terhadap pembuatnya sebab tidak banyak generasi muda yang mau berkreasi dan berkarya.Mereka pantas diacungi jempol meskipun filmnya biasa-biasa saja. Maju terus, pantang mundur...
ReplyDeletenarsis bgt tapi gwe salut, lu bener2 kreatif
ReplyDeletehummm...waduh dasarnya diriku g demen nonton pilem ihiihihih...
ReplyDeletebuka g appreciate, cuman masalah hobi aja siy...
dan selera humor orang berbeda, kalo diriku lbh seneng baca sebuah blog guru cerdas....
Kayaknya Rudi Soedjarwo masih kurang mahir deh dalam mengemas film komedi. Beberapa film komedi terdahulunya masih rada garing buat saya, seperti Mendadak Dangdut, Maaf Saya Menghamili Istri Anda, dan ada lagi saya lupa.
ReplyDeleteEntahlah yg ini, abisnya belum nonton sih. Kalo film komedi Indonesia yg lucu buat saya tuh kayak OTOMATIS ROMANTIS. Pas banget kemasannya.
Thx berat aja deh mas buat review film ini. Ntar kalo VCD-nya dah keluar, pasti bakalan saya sewa :)
habis ini si Radit jadi selebritis beneran sekaligus selebritis blog.. huwow.. kapan ya si anangku??? si tikabanget?? si chika?? si... ndop!!!!
ReplyDeleteHehee. Sayangnya di kotaku gak ada bioskop. Di kota sebelah juga belum tayang. Ditunggu dech sambil baca novelnya yg lucu beud... :D
ReplyDeleteaku belum nontoonn...
ReplyDeletemiyabi itu apa?
ReplyDeleteguenya juga udah tonton, tapi belon saya posting reviewnya :-), menurut saya sih lebih menarik baca bukunya daripada filmnya.
ReplyDeletekapan ya maen di jambi
ReplyDeletewah, entah yah filmnya bagus apa nggak,,
ReplyDeletekalo blognya ga terlalu suka, leluconnya lebih keliatan garing daripada ngelwak,
mungkin cuman kekonyolan dia kali ayng bkin rada lucu,
kalo pengen donlot filmnya dimana ya
ReplyDelete@ rozy: sekarang udah koq
ReplyDelete@ Regen Said - adit - thegands - nggresik - Cipzto: buruan mumpung masih ada, kalo mau nonton
@ Om-Com: sepakat!!!
@ EZZ: makasih (buat saya apa buat Radit?) hehehe
@ Cebong Ipiet: ya emang selera berbeda2
@ iskandaria: ya masih kalah dengan AADC? kali yaa
@ ndop: hahaha, kenapa diurutan belakang ndop?
@ Zebhi: :D emang daerah mana c?
@ aRai: ???
@ Johan Rusli: makanya susah mungkin ya ngebawa yg asik di novel ke dalam layar lebar
@ thevemoi™: ditunggu saja...
@ arvernester: kalo saya gak pernah baca blognya, :)
@ meylya: hushhh, ini hasil karyanya blogger. jangan gitu donk. paling gak sesama blogger menghargai lah....
ReplyDeleteplissss....
Saya setuju dengan anda. Blogger mestinya banyak belajar dari film ini.
ReplyDeletehooh..hooh...
ReplyDeletetapi ya buat orang lain ada yang bagus ada yang ga kali ya,,,,,
aku belum ada minat nonton abis...udah sering kecewa dengan film indonesia.....kelihatannya seru tapi akhirnya biasa2 aja
ReplyDeletesalam inax
ga suka nonton film
ReplyDeletewah daku belum nonton nih om.kok om ga ngajak-ngajak daku yap nontonnya.
ReplyDeletekenapa diberi tag judul "film pelajar bodoh"?? jadi urung menonton karena yang nonton pasti para pelajar yang siap "dibodohi"...
ReplyDeleteHehehe..., usdah main ya..., pingin nonton ki...
ReplyDeleteuiyyyyyy,,,,,, gOkiL siiii.... tapi lebih seru versi bukuuu!!!!
ReplyDeleteWah saya belom nonton sama sekali filmnya nih....
ReplyDelete@ hade: ya, moga blog anda bisa diangkat ke layar lebar juga yaa :D
ReplyDelete@ hanstoe: benar mas... emang namanya selera itu beda2
@ Anonymous: makanya nontonnya ma aku, hehehe
@ pras: suakanya apa?
@ ipanks: oh ya mau diajak? yaudah besok tak ajak ya... tapi saya dibayarin ya.. :D
@ nurrahmanarif: salah mas, seharusnya nonton untuk mendapatkan ilmu dari kisah kebodohannya yg bikin sukses. :D
@ Jazili - Novianto: segera mumpung masih di bioskop
@ mimOuttt: hmmm, saya belum baca bukunya.
kemaren dah kelar baca bukunya..
ReplyDeletefilmnya blm nonton, bagus ga yach??
Masih males mau nonton filmnya, mau beli bukunya dulu aja *yeah, I don't even had opportunity to read his books* :D
ReplyDeletenice review by the way :)
wahhh.....saya ikut senang dehh...
ReplyDeletedari sebauh blog, bisa sampai ke layar lebar...
salam kenal...
jadi ikut senang
weh bagus tuh...kisah kasih para blogger indonesia ya
ReplyDelete@ Pak Dhe Wicak: wahhh aku blom baca neh bukunya
ReplyDelete@ Fenty: ya. setiap orang punya pilihan sendiri2
@ sunny: yap, emang dari blog ke layar lebar itu jarang. salam kenal juga
@ daffa ahmad: :)
waa...kayaknya musti nonton nih
ReplyDeletejarang 2 kan ada blog yg di jadiin film :D
makasih buat review-nya
Sebagai sesama blogger, sebaiknya memang kita tonton film ini.
ReplyDeleteMinimal bisa memberi inspirasi buat kita untuk ngeblog yang lebih baik.
Menurutku memang lebih enak membaca blognya atau mendengar cerita langsung dari dia [lebih otentik dan segar]
Salam
di lampung dah keluar lom y..cb cek ke 21 nti malem ahh..
ReplyDeleteApa kabar Mas iBnu?
ReplyDeleteJadi, kesimpulannya, lumayan buat ditonton ya.
Makasih atas infonya.
Salam,
http://www.mybloglog.com/buzz/members/mybloglog-awamologi/
salam kenal....
ReplyDeletejadi malez liat pilmnya, kalo bukunya lumayan bagus dan mengalir thanx previewnya
hanif
pilemnya tu jelek
ReplyDeletebalaez